Kamis, 06 Maret 2014

TPU Jeruk Purut kini jadi tempat favorit uji nyali


Siapa yang tidak pernah mendengar kisah hantu Jeruk Purut. Salah satu Taman Pemakaman Umum (TPU) di Jakarta Selatan ini konon memiliki banyak cerita mistis.

Hal ini diungkapkan oleh salah satu penunggu makam (juru kunci), Babe, begitu pria berusia 50 tahun ini disapa. Babe menceritakan, usai tahun 90-an pemakaman yang pernah dijadikan lokasi syuting film horor Indonesia ini sudah tidak seangker dulu. Bahkan tempat itu kini sering dijadikan objek uji nyali oleh kaum remaja.

"Sekarang sudah enggak seperti dulu tahun 80-90an itu masih angker. Ke sini-sini sudah jarang banget ada penampakan, mungkin sudah banyak pencahayaan kali ya," ujar Babe saat berbincang santai dengan merdeka.com, di TPU Jeruk Purut, Jakarta, Jumat (15/6).

Semenjak beredarnya film hantu Jeruk Purut, banyak kawula muda berdatangan ke makam hanya untuk mengetahui kebenaran mitos tersebut. Anehnya rasa keingitahuan tersebut menjadi candu tersendiri.

"Ya mereka ke sini sering banget datang, paling cuma pengen tahu aja bener enggak ada hantu pastur," jelasnya sambil menunjuk segerombolan anak muda yang berada tidak jauh letaknya.

Akibat ajang uji nyali itu, tidak sedikit mereka yang telah menjadi tumbal. Misalnya kesurupan atau makhluk halus yang membuntuti sampai ke rumah.

"Kerasukan sih sering ke perempuan yang lagi haid, sempet juga yang diikutin sampai ke rumah," paparnya.

Lantas dia pun menceritakan area mana saja yang dijadikan tempat favorit uji nyali para remaja. Pertama di dekat sumur, lalu di pohon kembar, kemudian di pohon benda dan terakhir di makam kramat syeikh Waliallah Wan Salim atau biasa disebut Habieb Salim.

Babe menambahkan, para remaja yang kebanyakan dari siswa dan siswi SMA ini hampir tiap malam datang. Biasanya uji nyali ini dimulai pukul 24.00 WIB hingga 03.30 WIB.

"Biasanya mereka ke sini tiap malam, apalagi kalau malam minggu sudah seperti pasar saja bukan kuburan yang hening dan sepi," terangnya sembari tertawa.

Merdeka.com pun sempat menyapa rombongan siswa SMA 48 Jakarta yang sedang melakukan uji nyali di TPU Jeruk Purut. Laki-laki ABG berjumlah 11 orang ini mengaku datang untuk membuktikan mitos yang selama ini beredar.

"Kita ke sini penasaran saja sih dengan mitos yang katanya Jeruk Purut banyak hantunya," ujar Andro yang disambut tawa teman-temannya.

Mereka pun kompak jika merasa puas kalau sudah menaklukkan Jeruk Purut. Tidak ada niat lain selain untuk membuktikan kebenaran adanya hantu pastur seperti di film maupun cerita. Tetapi juga ada yang nyeletuk untuk menang taruhan bola.

"Biar Prancis menang," sahut Candra kemudian teman-temannya tertawa.

Tak hanya laki-laki, wanita juga berani datang ke tempat itu untuk menguji keberaniannya. Dua siswi SMA yang mengaku berasal dari Margonda, Depok, Jawa Barat, mengaku sudah melakukan gemar uji nyali sejak tahun 2010.

Motivasi keduanya melakukan uji nyali hanya untuk membuktikan seangker apa pemakaman Jeruk Purut. Selama dua tahun itu pula, ketika melakukan uji nyali setiap minggunya dia sering bertemu hantu berjenis kuntilanak.

"Kita seringnya temuin kuntilanak di sumur, karena menurut kami area itu paling nyeremin," ujar salah satu siswi bernama Ade (bukan nama sebenarnya, red).

Selama melakukan uji nyali di TPU Jeruk Purut keduanya mengaku benar0benar merasakan aura mistis di tempat itu. Ade bercerita, suatu hari diriya pernah diikuti kuntilanak dan anak genderuwo atau biasa disebut Tebo sampai ke rumah usai melakukan uji nyali.

"Pernah ada yang mengikuti ke rumah itu kuntilanak sama tebo, gara-gara itu kakak ku di rumah kerasukan, dan anehnya malah akhir-akhir ini saja kejadiannya, bukan awal-awal dulu waktu ke sini," kata siswi kelas 2 SMA ini.

Rekan Ade, Tyas, mengaku tidak pernah mengalami kejadian seperti temannya itu. Dia hanya sering ditemui makhluk halus ketika melakukan uji nyali.

"Enggak pernah dan jangan deh seperti Ade, cukup di sini saja," ujar Tyas.

Keduanya mengaku uji nyali ini benar-benar untuk menguji keberanian mereka saja. Selebihnya mereka mengaku hanya ingin bertemu dengan Babe.

Mereka memang tampak sudah terbiasa dengan rutinitas yang agaknya aneh itu. Ade menyalakan rokok dan jalan mendekati pohon berjenis Tanjung yang sudah puluhan tahun berdiri.

Sewaktu merdeka.com meninggalkan tempat itu sekitar pukul 01.30 WIB, ternyata apa yang dikatakan Pak Babe benar. Jumlah remaja yang datang ke tempat itu semakin bertambah. Mereka betah di makam itu hingga menjelang pagi.

Ada-ada saja memang ulah remaja sekarang. Sungguh aneh tempat pemakaman sudah seperti tempat nongkrong saja bagi mereka. Jadi tidak perlu takut ketika ingin berziarah atau sekedar lewat TPU Jeruk Purut di malam hari, pasalnya nuansa sunyi sudah tidak dirasakan lagi.


Rabu, 05 Maret 2014

Uji Nyali Ngeri di Thailand


Berbicara destinasi wisata di Asia Tenggara, tidak bisa dimungkiri Thailand adalah salah satu yang paling populer. Bukan hanya keindahan panorama alam seperti Pantai Phuket atau Pulau Koh Phi Phi dan Koh Samui, melainkan juga destinasi budaya seperti Chiang Rai dan Chiang Mai. 

Kendati kini perekonomian Thailand sudah kembali normal, pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menyerang Asia, pembangunan di Thailand sempat terhenti. Pembangunan menara-menara mewah dan gedung bertingkat berhenti begitu saja. Impian memiliki gedung-gedung pencakar langit pun pudar.

Mereka yang mencari hal-hal unik, dapat menyisir jejak-jejak masa lalu negara ini. Ada sudut di mana gedung-gedung perkantoran tinggi yang hampir rampung, kini menjadi usang tak terurus namun tetap meninggalkan cerita. Sathorn adalah salah satunya.

Sathorn adalah salah satu bangunan korban krisis keuangan. Ketika masalah ekonomi berakhir, banyak gedung yang tetap diselesaikan pembangunannya, kecuali menara yang satu ini. 

Arsitektur dan pendirinya pernah bermimpi menjadikan Sathorn sebagai bangunan terindah di Bangkok. Brosur komersial pernah menyebutkan, Sathorn akan jadi tempat terbaik untuk melihat keseluruhan Kota Bangkok. Tapi itu semua tidak pernah terwujud.

Sathorn bertengger di tepi jalan dengan rupa yang menyeramkan. Bangunan 49 lantai itu nampak gelap dan lembab. Yang terlihat kini hanyalah gedung yang sepertinya berhantu, seperti yang diyakini penduduk setempat. Bahkan ada yang menjulukinya Menara Hantu atau "Ghost Tower".

Melewati belasan tahun di bumi, Sathorn telah dibebat akar-akar pohon yang tumbuh di balkon, inilah lokasi yang kabarnya dihuni oleh roh-roh. Masa lampau yang kelam membuat Sathorn justru menarik bagi para turis, mereka ingin melihat bangunan yang perlahan dimakan waktu, sembari menguji nyali, tentu saja.